Kamis, 18 Agustus 2011

Kondisi Perekonomian Indonesia

Latar belakang sejarah dan corak struktur perekonomian Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sejarah kolonialisme yang dialami negeri ini. Sebagaimana diketahui, terhitung sejak awal abad ke 17, bangsa Indonesia secara berturut-turut dijajah oleh serikat dagang Belanda yang bernama VOC, oleh Kerajaan Belanda, oleh Kerajaan Inggris, dan oleh pemerintah pendudukan Jepang.
Dampak yang sangat serius dari penajajahan yang berlangsung selama tiga setengah abad itu adalah pada terbentuknya struktur perekonomian yang bercorak kolonial di Indonesia. Presiden pertama Indonesia Ahmad Soekarno, yang menyoroti sisi internasional fenomena tersebut, mengemukakan tiga hal berikut sebagai ciri utama struktur perekonomian Indonesia yang bercorak kolonial itu. Pertama, perekonomian Indonesia hanya diposisikan sebagai produsen komoditas-komoditas primer untuk diekspor ke pusat-pusat kapitalisme internasional Kedua, perekonomian Indonesia hanya diposisikan sebagai pasar barang-barang jadi yang diproduksi di pusat-pusat kapitalisme di dunia. Dan ketiga, perekonomian Indonesia cenderung menjadi tujuan tempat memutar kelebihan kapital yang terdapat di pusat-pusat kapitalisme internasional itu.
Sedangkan wakil presiden pertama Indonesia Mohammad Hatta, lebih memusatkan perhatiannya terhadap sisi domestik dari struktur perekonomian Indonesia yang bercorak kolonial tersebut. Menurut beliau, salah satu ciri dari struktur perekonomian Indonesia yang bercorak kolonial itu adalah pada terbaginya masyarakat Indonesia menjadi tiga strata sebagai berikut. Lapisan paling atas, yang memiliki akses paling besar terhadap sumberdaya alam Indonesia, diisi oleh warga Eropa. Lapisan tengah, yang menguasai sektor perdagangan barang dan jasa, ditempati oleh warga Timur Asing. Sedangkan lapisan bawah diisi oleh mayoritas penduduk asli Indonesia yang dikenal sebagai kaum pribumi.
Dengan memahami latar belakang sejarah dan corak struktur perekonomian Indonesia itu maka perlu saya garis bawahi bahwa tujuan perjuangan kemerdekaan Indonesia sejak semula tidak terbatas hanya pada upaya untuk merebut kedaulatan politik. Setidak-tidaknya, kedaulatan politik bukanlah tujuan utama. Tujuan utama perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah untuk mengoreksi struktur ekonomi kolonial yang diwarisinya dari para penjajah. Secara tegas, sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesia, tujuan pendirian negara Republik Indonesia adalah: Pertama, untuk melindungi segenap tumpah darah dan seluruh tanah air Indonesia. Kedua, untuk memajukan kesejahteran umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan ketiga, untuk dapat turut serta dalam menciptakan perdamaian dunia.
Dalam rangka mencapai ketiga tujuan tersebut, maka dalam bidang ekonomi para pendiri bangsa Indonesia menggariskan perlunya upaya sistemik untuk mewujudkan demokrasi ekonomi di Indonesia. Sebagaimana diuraikan secara terinci dalam Pasal 33 UUD 1945, upaya sistemik untuk mewujudkan demokrasi ekonomi itu harus dilakukan berdasarkan tiga pedoman sebagai berikut. Pertama, perekonomian Indonesia harus disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Kedua, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Dan ketiga, bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung di dalamnya harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Read More.. Read More..

SDM Indonesia Dalam Persaingan Global

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menciptakan struktur baru, yaitu struktur global. Struktur tersebut akan mengakibatkan semua bangsa di dunia termasuk Indonesia, mau tidak mau akan terlibat dalam suatu tatanan global yang seragam, pola hubungan dan pergaulan yang seragam khususnya dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat terutama teknologi komunikasi dan transportasi, menyebabkan issu-issu global tersebut menjadi semakin cepat menyebar dan menerpa pada berbagai tatanan, baik tatanan politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan keamanan. Dengan kata lain globalisasi yang ditunjang dengan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadikan dunia menjadi transparan tanpa mengenal batas-batas negara. Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, masyarakat dunia khususnya masyarakat Indonesia terus berubah sejalan dengan perkembangan teknologi, dari masyarakat pertanian ke masyarakat industri dan berlanjut ke masyarakat pasca industri yang serba teknologis. Pencapaian tujuan dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan cenderung akan semakin ditentukan oleh penguasaan teknologi dan informasi, walaupun kualitas sumber daya manusia (SDM) masih tetap yang utama.
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40).

Sumber Daya Manusia Indonesia
Terkait dengan kondisi sumber daya manusia Indonesia yaitu adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta.
Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2 %. Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi. Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.
Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang.
Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM.
Rendahnya SDM Indonesia diakibatkan kurangnya penguasaan IPTEK, karena sikap mental dan penguasaan IPTEK yang dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang handal. Dalam kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu dimensi daya saing dalam SDM semakin menjadi faktor penting sehingga upaya memacu kualitas SDM melalui pendidikan merupakan tuntutan yang harus dikedepankan.
Salah satu problem struktural yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah bahwa pendidikan merupakan subordinasi dari pembangunan ekonomi. Pada era sebelum reformasi pembangunan dengan pendekatan fisik begitu dominan. Hal ini sejalan dengan kuatnya orientasi pertumbuhan ekonomi.

Dampak IPTEK Terhadap SDM Indonesia
Pengaruh IPTEK terhadap peningkatan SDM Indonesia khususnya dalam persaingan global dewasa ini meliputi berbagai aspek dan merubah segenap tatanan masyarakat. Aspek-aspek yang dipengaruhi, adalah sebagai berikut :
1. Dampak yang ditimbulkan oleh teknologi dalam era globalisasi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi, sangat luas. Teknologi ini dapat menghilangkan batas geografis pada tingkat negara maupun dunia.
2. Aspek Ekonomi.
Dengan adanya IPTEK, maka SDM Indonesia akan semakin meningkat dengan pengetahuan-pengetahuan dari teknologi tersebut. Dengan kemajuan SDM ini, tentunya secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan ekonomi di Indonesia. Berkaitan dengan pasar global dwasa ini, tidaklah mungkin jika suatu negara dengan tingkat SDM rendah dapat bersaing, untuk itulah penguasaan IPTEK sangat penting sekali untuk dikuasai.
Selain itu, tidak dipungkiri globalisasi telah menimbulkan pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat di masa kini akibat pengaruh negatif dari globalisasi.
3. Aspek Sosial Budaya.
Globalisasi juga menyentuh pada hal-hal yang mendasar pada kehidupan manusia, antara lain adalah masalah Hak Asasi Manusia (HAM), melestarikan lingkungan hidup serta berbagai hal yang menjanjikan kemudahan hidup yang lebih nyaman, efisien dan security pribadi yang menjangkau masa depan, karena didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampak yang timbul diakibatkannya ikatan-ikatan tradisional yang kaku, atau dianggap tidak atau kurang logis dan membosankan. Akibat nyata yang timbul adalah timbulnya fenomena-fenomena paradoksal yang muaranya cenderung dapat menggeser paham kebangsaan/nasionalisme. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya tanggapan masyarakat atas kasus-kasus yang terjadi dinilai dengan didasarkan norma-norma kemanusiaan atau norma-norma sosial yang berlaku secara umum (Universal internasional).
Dari uraian diatas mengenai IPTEK dalam upaya peningkatan SDM Indonesia di era globalisasi ini, sudah jelas bahwa dengan adanya IPTEK sudah barang tentu menunjang sekali dalam kaitannya meningkatkan kualitas SDM kita. Dengan meningkatnya kualitas SDM, maka Indonesia akan lebih siap menghadapi era globalisasi dewasa ini.
Perlu sekali diperhatikan, bahwasannya dengan adanya IPTEK dalam era globalisasi ini, tidak dipungkiri juga akan menimbulkan dampak yang negatif dari berbagai aspek, baik aspek ekonomi, budaya maupun imformasi dan komunikasi, untuk itulah filtrasi sangat diperlukan sekali dalam penyerapan IPTEK, sehingga dampak negatif IPTEK dalam upaya peningkatan SDM dapat ditekan seminimal mungkin

Read More.. Read More..

Optimalisasi Kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia

TAK bisa dimungkiri, Indonesia merupakan negeri dengan segala anugerah. Dalam hal letak geografis, Indonesia memiliki letak yang sangat strategis. Dahulu kala negeri ini menjadi tempat persinggahan berbagai macam aktivitas politik dan perdagangan.
Negeri ini juga memiliki sumber daya yang sangat potensial mulai dari laut, pulau-pulau, kebudayaan, hasil pertanian, sampai dengan barang tambang. Bisa dikatakan, Indonesia merupakan salah satu negara terlengkap di dunia.
Secara logika, hanya dengan "minimal" mengoptimalkan salah satu sumber dayanya saja, Indonesia seharusnya sudah bisa menjadi negeri yang mapan. Sebagai contoh, bayangkan apabila hasil laut yang ada di Indonesia diolah sedemikian rupa, kemudian menjalin kerja sama dengan negara-negara melalui berbagai hubungan diplomatik, dapat dipastikan Indonesia bisa meraih keuntungan besar.
Pertanyaannya adalah apa yang membuat Indonesia masih seperti ini? Saat ini, negara kita terkesan seperti negara miskin yang tidak bisa melakukan apa-apa karena tidak memiliki apa-apa. Padahal berbagai potensi sudah terpampang sangat jelas di hadapan kita.
Permasalahan utama di negeri ini adalah sumber daya manusia yang tidak bisa berbuat banyak ketika dihadapkan dengan sumber daya lain, atau dengan kata lain negeri ini krisis sumber daya manusia yang berkualitas.
Sumber daya manusia adalah sumber daya yang krusial, namun terlupakan oleh para pemimpin kita. Para pemimpin lupa bahwa segala bentuk sumber daya yang melimpah ruah di negeri ini takkan pernah bisa menjadi lumbung penghasil kekayaan negara apabila tidak dioptimalkan oleh sumber daya manusianya. Para pemimpin kita lupa bahwa selama sumber daya manusia di Indonesia tidak berkualitas, maka negara yang kaya akan potensi ini akan terus terpuruk menuju keterbelakangan.
Krisis sumber daya manusia yang berkualitas harus menjadi perhatian utama pemerintah. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan mengapa sumber daya manusia di negeri ini jauh dari harapan. Salah satu faktor yang coba saya angkat adalah sistem pendidikan di Indonesia yang perlu dievaluasi secara besar.
Permasalahan kurikulum hingga kini masih mengalami kecacatan disana-sini dalam hal implementasi dan pendekatan cara belajar. Siswa SMK kurang mendapat perhatian lebih dalam hal pendanaan praktek atau observasi, padahal tidak menutup kemungkinan ditemukan cara untuk mengoptimalkan potensi Indonesia melalui siswa-siswa ini. Siswa SMA saat ini dituntut untuk berorientasi pada hasil sehingga melupakan cara.
Selain itu, sistem pendidikan di negeri ini juga belum bisa menumbuhkan jiwa nasionalis dan pengabdian yang kuat terhadap negaranya. Para sarjana yang telah selesai kuliah lebih memilih bekerja di sektor privat atau asing dibandingkan bekerja di sektor publik. Bisa jadi lahir orang yang pintar, namun ia pintar hanya untuk dirinya sendiri. Dengan kata lain, pendidikan di Indonesia menghasilkan sumber daya manusia yang egois dan apatis.
Di Indonesia ada banyak pakar serta pengamat pendidikan, seandainya mereka bersatu untuk merumuskan kurikulum yang tepat bagi peserta didik di setiap jenjang, yang sesuai dengan kondisi Indonesia, tidak mustahil sistem pendidikan Indonesia menjadi lebih baik.
Idealnya, jika sistem pendidikan yang dibuat telah baik dan diterapkan secara konsisten meliputi aspek moral, intelektual,dan spiritual, maka dari sisi kualitas, sumber daya manusia Indonesia akan mengalami pengembangan sejak dini.
Seiring dengan perbaikan sistem pendidikan, pemerintah juga harus membuat sistem pembekalan kepada sumber daya manusia Indonesia terkait dengan keahlian dan bidang-bidang yang potensial untuk memajukan negeri. Apabila yang ingin dioptimalkan oleh pemerintah adalah kebudayaan dan pariwisata, maka pastikan ada sistem pembekalan kebudayaan dan pariwista yang mampu melejitkan kreativitas sumber daya manusia dalam melihat peluang pariwisata di Indonesia. Begitu pula dengan bidang lainnya. Tak masalah jika memang harus mengundang Tenaga Asing untuk memberikan pembekalan kepada sumber daya manusia di Indonesia jika dirasa memang perlu untuk pembelajaran para putra bangsa ini.
Sejatinya, SDM di setiap negara menjadi salah satu penentu maju atau mundurnya negara tersebut. Kuantitas penduduk yang besar di Indonesia harus berbanding lurus dengan kualitas sumber daya manusianya. Jika pemerintah melakukan perbaikan sistem pendidikan yang diiringi dengan optimalisasi sistem pembekalan keahlian, maka sumber daya manusia Indonesia akan meningkat dan menjadikan negeri kita lebih baik.

Read More.. Read More..

Kualitas SDM Indonesia Masih Jadi Masalah

Wakil Presiden, Boediono, mengatakan, kualitas sumber daya manusia akan menjadi salah satu masalah yang dihadapi Indonesia dalam mewujudkan pembangunan jangka panjang.
“Saat ini kelemahan kualitas SDM Indonesia belum terasa. Pada jangka panjang akan terlihat,” katanya saat silaturahmi dengan pejabat daerah di Provinsi Jawa Tengah, di Semarang, Sabtu.
Ia mengemukakan, masalah SDM terasa setelah permasalahan infrastruktur yang dihadapi Indonesia saat ini mampu diatasi.
Padahal, katanya, keterampilan dan produktivitas SDM menjadi salah satu penentu keberhasilan pembangunan jangka panjang.
Ia mengatakan, butuh waktu antara 10 hingga 20 tahun untuk menyiapkan peningkatan kualitas SDM. “Masalah ini akan menjadi tanggung jawab sektor pendidikan, teknologi, dan budaya,” katanya.
Ia mengatakan, salah satu permasalahan utama yang dihadapi Indonesia saat ini yakni ketertinggalan pembangunan di bidang infrastruktur. Masalah ketertinggalan itu, katanya, menjadi tema utama dalam pembangunan Tahun 2010 hingga 2014.
Salah satu penyebab ketertinggalan infrastruktur, katanya, adalah pendanaan yang tidak cukup. “Bahkan untuk menjaga kualitas pelayanan, saat ini juga belum mencukupi,” katanya.

Read More.. Read More..

Kualitas Sumber Daya Manusia Jadi Kendala Pendidikan Indonesia

Kualitas sumber daya manusia masih menjadi persoalan utama dalam bidang pendidikan di Indonesia, baik di tingkat pendidikan tinggi maupun pendidikan dasar dan menengah. Dari sekitar 160.000 dosen yang ada di Indonesia, hampir 54 persennya masih belum S-2 dan S-3. Sementara guru, dari 2,7 juta guru, 1,5 juta di antaranya belum S-1.
Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal Dewan Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Prof. Nizam yang ditemui seusai seminar pendidikan dalam rangka Education Festival yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Padjadjaran di Aula Unpad, Jln. Dipati Ukur Bandung, Kamis (11/2).
Menurut Nizam, pembenahan kualitas SDM ini memang bukan pekerjaan mudah. Waktu yang dibutuhkan juga tidak akan sebentar. "Banyak yang harus dibenahi, tetapi kita harus optimistis karena SDM adalah kunci utama. Kalau sistemnya bagus tetapi SDM-nya jelek percuma. Tetapi kalau SDM-nya bagus walaupun sistemnya kurang bagus bisa lebih baik," katanya.
Nizam menuturkan, harus diakui bahwa daya saing Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara lainnya di dunia bahkan di Asia Tenggara. Berdasarkan data dari Global Competitiveness Report di tahun 2008, Indonesia berada di peringkat 55 sementara di tahun 2005 di peringkat 69.
"Jauh di bawah Singapura, Malaysia, Cina, dan Thailand. Singapura berada di peringkat ke-5 sementara Malaysia di peringkat 21 di tahun 2008," ujarnya. Lebih lanjut Nizam menuturkan, pekerjaan rumah yang dihadapi pendidikan di Indonesia masih cukup besar. Dikti, menurut dia, tidak mungkin mengatur seluruh sistem dengan permasalahan yang kompleks dan besar tersebut.
"Perguruan tinggi juga harus sprint untuk mengejar ketinggalan secara terus-menerus serta fokus dalam pengembangan penelitian untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan membangun reputasi internasional," ungkapnya. Dalam kesempatan yang sama, praktisi pendidikan yang juga pengajar di Fakultas Psikologi Unpad, Hatta Ml ini mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa kali terhadap anak didik, diperoleh kesimpulan, pendidikan di Indonesia tidak memberikan tempat untuk kemandirian serta kreativitas siswa. Metode yang digunakan selama ini hanya mengandalkan memori atau daya ingat siswa semata.
"Matematika hanya menghafalkan rumus, seharusnya memecahkan rumus. Bahasa hanya menghafalkan grammer, semestinya conversation. Akibatnya hampir tidak terlihat kegunaan dari pendidikan ini," katanya. Oleh karena itu, menurut dia, orientasi pendidikan harus segera diubah. Sebab pendidikan selama ini hanya mementingkan produk, bukan proses yang sebenarnya jauh lebih penting. "Kita sudah coba ubah salah satunya dengan Sistem Kredit Semester di perguruan tinggi, tetapi tetap kalah dengan kekuatan kolektivitas yang sudah ada. Apalagi dasar di pendidikan sebelumnya sudah tertanam pola itu. Itulah sebabnya sejak awal saya tidak setuju dengan penjurusan di SMA. Karena siswa yang seharusnya tidak naik kelas justru diarahkan ke sosial budaya. Mereka kemudian masuk di jurusan sosial perguruan tinggi. Jadilah mereka hakim, jaksa, dan pengacara sekarang ini," tuturnya.

Read More.. Read More..

Rabu, 17 Agustus 2011

Manajemen Operasi dan Produksi

MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI



Produksi adalah penciptaan atau penambahan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia.



Produk adalah hasil dari kegiatan produksi yang berwujud barang dan jasa.



Produsen adalah orang atau badan ataupun lembaga lain yang menghasilkan produk.



Produktivitas adalah suatu perbandingan dari hasil kegiatan yang sesungguhnya dengan hasil kegiatan  yang seharusnya.



Luas Produksi adalah kapasitas yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dapat diukur dengan kapasitas mesin, penyerapan bahan baku, jumlah tenaga kerja, jumlah jam kerja, jumlah jam mesin dan unit keluaran.



Bill of Material adlah daftar dari seluruh bahan baku, bahan lain, onderdil dan komponen untuk memproduksi dalam perusahaan.



Job Lot Shop adalah perusahaan yang akan berproduksi atau pesanan yang masuk dalam perusahaan.



Moss Production Shop adalah perusahan-perusahaan yang berproduksi untuk persediaan atau untuk pasar. Produksi tidak konstan, kadang bertambah, kadang berkurang.



Luas Perusahaan adalah kapasitas yang tersedia atau terpasang dalam suatu perusahaan.



Perencanaan adalah serangkaian keputusan yang diambil sekarang untuk dikerjakan pada waktu yang akan datang.



Faktor - Faktor Produksi :

1. Alam

2. Modal

3. Tenaga kerja

4. Teknologi



Proses Produksi adalah cara atau metode untuk menciptakan atau menambah guna suatu barang atau jasa dengan memanfaatkan sumber yang ada.



Macam - Macam Wujud Proses Produksi :

1. Proses kimia : adalah proses produksi yang menggunakan sifat kimia.

2. Proses perubahan bentuk : adalah proses produksi dengan merubah bentuk.

3. Proses asembling : adalah proses produksi menggabungkan komponen-komponen mejadi produk akhir.

4. Proses transportasi : adalah proses produksi menciptakan perpindahan barang.

5. Proses penciptaan jasa-jasa administrasi : adalah proses produksi berupa penyiapan data informasi yang

    diperlukan.



Jenis - Jenis Proses Produksi :

1. Proses produksi terus-menerus : adalah proses produksi yang terdapar pola atau urutan yang pasti sejak dari

    bahan baku sampai menjadi barang jadi.

2. Proses produksi terputus-putus : adlah proses produksi yang tidak terdapat urutan atau pola yang pasti sejak

    dari bahan baku sampai menjadi barang jadi.



Ruang Lingkup Manajemen Produksi

Perencanaan sistem produksi
Sistem pengendalian produksi
Sistem informasi produksi
● Perencanaan produksi
● Pengendalian proses produksi
● Struktur organisasi
● Perencanaan lokasi produksi
● Pengendalian bahan baku
● Produksi atas dasar pesanan
● Perencanaan letak fasilitas produksi
● Pengendalian tenaga kerja
● Produksi untuk persediaan
● Perencanaan lingkungan kerja
● Pengendalian biaya produksi

● Perencanaan standar produksi
● Pengendalian kualitas pemeliharaan



Definisi Manajemen Produksi

1. Oleh Agus Ahyari :

    Merupakan proses kegiatan untuk mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dari produksi dan proses produksi.

2. Oleh Sukanto :

    Merupakan usaha mengelola dengan cara optimal terhadap faktor-faktor produksi atau sumber seperti manusia, tenaga kerja, mesin dan bahan baku yang ada.



Tujuan Manajemen Produksi

Adalah memproduksi atau mengatur produksi barang-barang dan jasa-jasa dalam jumlah, kualitas, harga, waktu serta tempat tertentu sesuai dengan kebutuhan.



Penelitian Produksi

Adalah penelitian tentang produk apa dan bagaimana yang disukai konsumen.



Pengembangan Produksi

Adalah penelitian terhadap produk yang telah ada untuk dikembangkan lebih lanjut agar mempunyai kegunaan yang lebih tinggi dan lebih disukai konsumen.



Liniear Programming

Adalah salah satu cara atau metode untuk menentukan kombinasi produksi yang paling optimal. Problem yang dapat diselesaikan terbatas pada problem yang mempunyai batasan liniear, serta mempunyai fungsi yang lancar.



Luas Produksi

Adalah jumlah atau volume output yang seharusnya diproduksi oleh suatu perusahaan dalam suatu periode.



Akibat Luas Produksi :

1. Luas produksi yang terlalu besar berakibat biaya yang besar dan investasi yang besar pula.

2. Luas produksi yang terlalu kecil berakibat tidak dapatnya perusahaan memenuhi permintaan pasar.



Luas Perusahaan Dapat Diukur Dengan :

1. Bahan dasar yang digunakan

2. Barang yang dihasilkan

3. Peralatan yang digunakan

4. Jumlah pegawai yang dipekerjakan



Hubungan Luas Produksi Dengan Biaya

1. Biaya variabel : adalah biaya yang berubah-ubah tergantung volume produksi.

    a. Biaya variabrl progresif

    b. Biaya variabel proporsional

    c. Biaya variabel regresif

2. Biaya tetap : adalah biaya yang tidak terpengaruh dengan perubahan volume produksi.

3. Biaya persatuan : adalah biaya total dibagi jumlah barang yang diproduksi.

    Semakin besar jumlah yang diproduksi maka biaya persatuan makin kecil, dan begitu sebaliknya.



Kendala Dalam Mencapai Luas Produksi Maksimal

1. Faktor tidak dapat dibagi-bagi alat produksi tahan lama

2. Berlakunya hukum hasil yang bertambah dan berkurang

3. Berlakunya hukum guna batas yang berkurang



Penentuan Luas Produksi

1. Pendekatan konsep MC dan MR

    a. Marginal cost adalah tambahan ongkos sebagai akibat dari adanya tambahan satuan produk.

    b. Marginal revenue adalah tambahan penghasilan sebagai akibat tambahan satuan produk.

    Perbandingan antara besarnya tambahan biaya MC dengan tambahan penghasilan MR dapat membantu

    menentukan luas produksi yang paling menguntungkan.

2. Pendekatan konsep BEP

    Dalam konsep ini terdapat hubungan volume produksi, biaya dan laba.

3. Metode simplek

    Adalah metode untuk menentukan kombinasi dua atau lebih barang yang dihasilkan perusahaan  agar keuntungan maksimal.



Faktor - Faktor Yang Membatasi Luas Produksi

1. Kapasitas mesin

2. Bahan dasar

3. Uang kas yang tersedia

4. Permintaan

Kiki Joesyiana, SE., M

Read More.. Read More..