Senin, 12 September 2011

Peranan Tenaga Kerja dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Tugas UTS MK PIE STIE D3 Akuuntansi)

Lingkungan sosial merupakan sebuah aspek interaksi antar manusia, melalui pengelompokan manusia, baik dekat maupun jauh, yang mana mempengaruhi pertahanan dan pertumbuhan sebuah organisasi. banyak aspek pengelompokan manusia yang dapat mempengaruhi aktifitas bisnis di indonesia. Pengelompokan orang bisa berdasarkan etnik, budaya, agama, politik, pekerjaan yang mana merupakan sebagai gambaran komponen lingkungan sosial. kelompok kelompok tersebut memiliki pengaruh dalam kegiatan bisnis dan pertumbuhan ekonomi melalui kekuatan masing masing yang mereka miliki. perlu diketahui bahwa, kelompok orang ini bisa menjadi sebuah ancaman dalam sebuah bisnis dan juga sebaliknya dapat menciptakan sebuah kesempatan bisnis pada sebuah perusahaan, karena nilai nilai yang mereka miliki, sikap, gaya hidup yang bergantung terhadap produk dan jasa; dan juga sumber daya manusia (tenaga kerja).

Pengelompokan orang dapat di klasifikasikan berdasakan kategori sebagai berikut ini :
1. Etnis (jawa, batak, Chinese, sunda, bali, arab, ambon dan lainnya.) Masing masing etnis memiliki tradisi, kebiasaan yang dapat membedakan dengaan kelompok etnik yang lainnya.
2. Agama (islam, Kristen, katolik, Buddha dan hindu). Masing masing agama tersebut memiliki karakteristik dan nilai nilai yang dipercayai.
3. Orientasi politik (nasionalis, agama dan socialist). Masing masing kategori partai memiliki cara yang berbeda dalam mencapai sebuah tujuan.
4. Gender, kadangkala menjadi isu ketidakharmonisan akibat dari pengelompokan antara pria dan wanita. Ketidak harmonisan ini bisa menjadi isu yang penting dalam sebuah kegiatan bisnis.
5. Daerah regional, isu ini menjadi penting sejak adanya regional ekonomi, karena setiap daerah melakukan decentralisasi untuk menagun daerahnya sehingga menjadi perhatian khusus dalam kegiatan bisnis.
6. Pekerjaan, Ketenagakerjaan merupakan isu yang penting di dalam sosial environment. Terdiri dari orang yang bekerja dan tidak bekerja yang mana ini menjadi perhatian khusus bagi para pebisnis. Karena faktro ini bisa menjadi peluang maupun ancaman bagi bisnis.
Kategori - kategori ini menjadi hal yang penting dalam sebuah aktifitas bisnis dan perekonomian Indonesia karena hal ini bisa menjadi sebagai competitive advantage dan kekuatan sebuah perekonomian.
Dalam paper ini penulis lebih berfokus pada aspek pekerjaan (tenaga kerja) dalam lingkungan sosial terhadap bisnis dan ekonomi indonesia.

Pembahasan
Pekerjaan atau ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktifitas bisnis dan perekonomian indonesia. berdasarkan data strategis dari Badan Pusat Statistik terhadap masalah ketenagakerjaan untuk seseorang sebagai bekerja (currently economically active population), tanpa melihat lapangan usaha, jabatan, maupun status pekerjaannya.

Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Angka Pengangguran Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Penduduk usia kerja pada Februari 2009 mengalami peningkatan sebesar 2,70 juta orang dibandingkan Februari 2008, yaitu dari 165,56 juta orang menjadi 168,26 juta orang. Pada Februari 2009, sekitar 67,60 persen dari seluruh penduduk usia kerja merupakan tenaga kerja aktif dalam kegiatan ekonomi dan disebut dengan angkatan kerja yang besarnya mencapai 113,74 juta orang. Jumlah ini meningkat sebanyak 1,80 juta orang (1,61 persen) dibandingkan dengan keadaan Agustus 2008, dan meningkat sebesar 2,27 juta orang (2,03 persen) dibandingkan keadaan Februari 2008.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Sejak Februari 2008 hingga Februari 2009 TPAK mengalami peningkatan sebesar 0,27 persen, yaitu dari 67,33 persen menjadi 67,60 persen. Peningkatan TPAK ini antara lain disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi nasional yang relatif membaik, sehingga memberikan pengaruh terhadap faktor faktor produksi di Indonesia. Secara langsung naik turunnya faktor produksi ini akan memberikan dampak terhadap tinggi rendahnya faktor permintaan dan penawaran tenaga kerja.

Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cenderung menurun. Dengan demikian jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Hal ini dikarenakan sering terjadinya mismatch dalam pasar kerja.

Pada Februari 2009, dari total angkatan kerja sebesar 113,74 juta orang, sekitar 91,86 persennya adalah penduduk yang bekerja. Penduduk yang bekerja pada keadaan Februari 2009 bertambah sebanyak 1,93 juta orang (1,88 persen) dibandingkan keadaan Agustus 2008 dan bertambah sebanyak 2,44 juta orang (2,39 persen) dibandingkan keadaan setahun yang lalu(Februari 2008).

Isu penting yang perlu menjadi perhatian adalah isu pengangguran. Konsep penganggur yang digunakan adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja dan pada waktu yang bersamaan mereka tak bekerja (jobless). Penganggur dengan konsep/definisi tersebut biasanya disebut sebagai pengangguran terbuka (open unemploy-ment). Jumlah penganggur pada Februari 2009 sebesar 9,26 juta orang atau mengalami penurunan sebesar 169 ribu orang (1,79%) dibandingkan keadaan Februari 2008 yang besarnya 9,43 juta orang.

Indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran diukur dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), di mana TPT merupakan persentase jumlah penganggur terhadap jumlah angkatan kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2009 sebesar 8,14 persen, mengalami penurunan sebesar 0,32 persen dibandingkan TPT pada Februari 2008 yang besarnya 8,46 persen.

Lapangan Pekerjaan Utama
Berdasarkan lapangan pekerjaan pada Februari 2009, dari 104,49 juta orang yang bekerja, paling banyak bekerja di Sektor Pertanian yaitu 43,03 juta orang (41,18 persen), disusul Sektor Perdagangan sebesar 21,84 juta orang (20,90 persen), dan Sektor Jasa Kemasyarakatan sebesar 13,61 juta orang (13,03 persen). Selama satu tahun terakhir peningkatan jumlah penduduk yang bekerja tertinggi terjadi pada Sektor Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi yang mengalami peningkatan 1,15 juta orang diikuti oleh Sektor Jasa Kemasyarakatan dengan kenaikan 834 ribu orang. Konsentrasi penyerapan masih didominasi oleh Pulau Jawa, di mana peranan Sektor Pertanian, Industri maupun Perdagangan dalam penyerapan tenaga kerja tampak lebih tinggi dibandingkan dengan pulau-pulau lain.

Pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik tetap harus di dukung dengan ketersediaan tenaga kerja baik itu pekerja ahli maupun pekerja kasar (buruh).
Dengan demikian penting sekali untuk kita meningkatkan jumlah lapangan kerja agar menampung jumlah tenaga kerja yang semakin bertambah dari tahun ke tahun, sehingga daya produksi barang dan jasa akan meningkat secara signifikan yang mana bisa di katakan bisnis berkembang dan maju.
Penting sekali Departemen tenaga kerja juga perlu membuat wadah training bagi para masyarakat yang hendak bekerja agar sesuai dengan kebutuhan sebuah perusahaan sehingga bisa menyerap tenaga kerja dengan baik.

Perintah pengerjaan :
1. Cari permasalahan dr artikel diatas (sesuai dengan analisa ekonomi...)
2. Kemukakan jalan keluar dr permasalahan tersebut...
3. Buat Kesimpulannya...

Read More.. Read More..

Selasa, 06 September 2011

Woman Financial......

Daftar beberapa hal bodoh yang dilakukan oleh kita “kaum perempuan” ketika menyangkut uang :

1.    Kita menikah demi uang

2.   Kita mempertahankan pernikahan atau hubungan yg buruk karena takut tidak bisa mandiri secara finansial.

3.    Kita membiarkan pria membuat semua keputusan finansial yg penting.

4.    Kita menerima mitos bahwa kaum pria lebih baik dalam mengurus uang.

5.    Kita menerima mitos bahwa pria lebih baik dalam berinvestasi

6.    Kita takkan mendebat keputusan finansial seorang pria karena tidak ingin mengguncang bahtera pernikahan dan melukai egonya.

7.    Kita menerima nasehat finansial dari orang2 yg mengaku pakar karena kita pikir kita tidak cukup cerdas.

8.    Kita menutup mulut untuk mempertahankan kedamaian.

9.    Kita bertahan Terlalu  lama karena (paling tidak secara finansial) kita merasa “nyaman”

10. Kita ditinggalkan demi perempuan yang lebih muda... karena kita bertahan terlalu lama.

11. Kita berharap pria itu akan berubah

12. Kita puas dengan “oke” dalam hidup, ketika apa yang sebenarnya kita inginkan adalah “hebat”.

13. Seorang pria tersesat tapi tidak mau bertanya... dan kita mengikutinya.

14. Kita menilaai rendah diri sendiri.

15. Kita menerima saja seluruh ketidakadilan dalam pekerjaan, demi gaji.

16. Kita merasa bersalah bekerja lembur dan tidak menemani anak2 kita .

17. Kita tidak mendapatkan promosi yang seharusnya kita dapatkan... dan tetap disana.

18. Kita menerima gaji yang lebih rendah dibanding rekan pria kita dan sering kali berakhir dengan mengerjakan pekerjaan mereka.

19. Kita melewatkan kumpul bersama teman2 wanita dan bersenang2 karena kita harus bekerja.

20. Kita sering kali memandang masa depan dan berpikir, “suatu saat nanti.....”

Kebanyakan dari kita telah melakukan satu atau lebih dari hal-hal bodoh diatas. Intinya, banyak dari kita yang menjual jiwa demi uang. Kejahatan terbesarnya adalah beban yang menggerus kepercayaan diri, keyakinan, dan harga diri kita.

Disini saya hanya ingin menekankan, betapa pentingnya bersiap-siap mengahadapi segala kemungkinan. Dan mendorong anda untuk berkata pada diri sendiri siapa atau apa diri anda yang sebenarnya tergantung dari masa depan finansial anda.
Oleh : Kiki Joesyiana, SE., MM

Read More.. Read More..

Diatas segalanya, saya ini perempuan.....


Hendaknya perempuan bisa bertindak dan paham bahwa menjadi independen secara finansial bukanlah perkara yang sulit. Siapapun dapat melakukannya. Hanya dibutuhkan waktu, pendidikan dan pengetahuan yang tepat.

Saat ini, lebih daripada sebelumnya, kita, sebagai perempuan, tidak lagi dapat bergantung pada orang lain, baik suami atau pasangan hidup kita, orang tua kita, atasan kita, ataupun pemerintah kita  secara finansial. Apa yg tepat bagi ibu dan nenek kita tidak dapat ditetapkan untuk kita saat ini. Kaum perempuan harusnya bisa belajar utk berinvestasi utk memastikan kehidupan yang aman bagi dirinya dan anak-anaknya. Hal ini bukan lagi suatu pilihan. Aturan telah berubah dan sudah waktunya kita mengambil alih kendali masa depan finansial kita.

Yang saya yakini saat ini, kita, perempuan, bisa memiliki segalanya. Kita hanya tidak bisa memiliki segalanya sekaligus.

Yakinlah itu....

Dan terus berusaha agar kita bisa lebih mandiri dan sukses secara finansial demi masa depan kita yg lebih cemerlang.... 
InsyaAllah...... 
^_^

Oleh : Kiki Joesyiana, SE., MM

Read More.. Read More..