Rabu, 02 Mei 2012

MSDM : KEMATANGAN EMOSI DAN PENGEMBANGAN KARIR

Perusahaan yang menerapkan manajemen sumberdaya manusia strategik (MSDM) dicirikan oleh adanya rencana dan pengembangan karir bagi para karyawannya (manajemen dan non-manajemen). Dengan kata lain tiap individu karyawan  berhak memiliki peluang  untuk mengembangan karirnya. Namun dalam prakteknya mengapa ada saja karyawan yang karirnya  terlambat, dan bahkan mandeg atau mentok. Biang keladinya bisa jadi karena ada yang salah dalam sistem penilaian kinerja karyawan dan bisa juga adanya perlakuan diskriminasi. Di sisi lain dengan asumsi sistem karir di perusahaan  dinilai andal maka berarti yang menjadi faktor penyebab keterlambatan karir datangnya dari individu bersangkutan.
Beberapa kasus tentang karir karyawan yang sering ditemukan adalah (1) karyawan dengan cukup cerdas dan ketrampilannya yang hanya sebatas standar tetapi karirnya melaju cukup cepat sesuai dengan tahapannya; (2) karyawan  yang cerdas dan trampil namun karirnya relatif lambat; dan (3) karyawan yang kurang cerdas dan kinerjanya pun pas-pasan dan karirnya pun sangat terlambat. Kasus (1) dan (2) menimbulkan pertanyaan mengapa hal itu sampai terjadi? Lalu kalau begitu faktor-faktor apa saja yang dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan karir seseorang.
Selain faktor kecerdasan intelektual dan ketrampilan kerja, salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan karir seseorang adalah unsur kematangan emosi sang karyawan. Mengapa demikian? Kematangan emosi adalah kemampuan mengendalikan emosi tertentu secara stabil sesuai dengan perkembangan usianya. Semacam ada  kemampuan seseorang yang mumpuni dalam merespon atau bereaksi terhadap fenomena tertentu. Misalnya ketika menghadapi konflik internal dalam tim kerja. Disitu setiap individu karyawan bekerja dalam suatu sistem  yang memiliki ciri-ciri interaksi sosial. Idealnya proses umpan balik pun terjadi. Kemungkinan yang bakal terjadi adalah suasana kerja padat konflik dan bisa juga suasananya nyaman. Karena itu setiap karyawan harus mampu mengendalikan emosinya untuk menciptakan, mengembangkan dan memelihara tim kerja yang kompak.
Pada dasarnya kematangan emosi dan kecerdasan emosi seorang karyawan mengandung motif yang sama. Di dalamnya ada kemampuan  mengelola diri yang intinya berangkat dari kemampuan mengenali diri sendiri. Setelah mampu mengenali diri sendiri maka ia seharusnya mampu memotivasi dirinya dan mengelola emosinya  dalam berhubungan dengan orang lain dengan baik. Sebaliknya kalau seseorang tidak mampu mengendalikan emosinya terjadilah penyimpangan atau kekacauan emosional; misalnya perilaku egoistis, egosentris, apriori, prasangka buruk, dan asosial. Dalam situasi seperti itu maka yang terjadi adalah timbulnya reaksi berlebihan dan negatif dari sang karyawan. Ia merasa  setiap fenomena lingkungan kerjanya selalu dipandang bakal mengancam dirinya. Esktremnya harus dilawan. Yang paling bahaya adalah timbulnya unsur destruktif, jauh dari perilaku konstruktif. Bisa juga ada yang bersifat pesimis atau merasa kurang percaya diri kalau akan mengusulkan kenaikan karir. Padahal sifat seperti itu akan merugikan dirinya sendiri. Lambat laun kalau karyawan berpikiran negatif tidak mampu mengendalikan dirinya maka karirnya akan terhambat. Lantas bagaimana sebaiknya?
Proposisi tentang hubungan antara dimensi emosi dan karir adalah semakin baik kematangan emosi seseorang berhubungan dengan semakin besar peluang  karirnya meningkat. Manajemen puncak akan memberi persetujuan kenaikan karir kepada karyawannya dengan pertimbangan yang bersangkutan dinilai bakal mampu menangani pekerjaan yang lebih berat. Disamping itu mereka harus mampu bekerjasama dan bahkan memiliki jiwa kepemimpinan dalam satu tim kerja. Untuk itu unsur kematangan emosi karyawan menjadi pertimbangan yang sangat penting. Dengan demikian disamping perusahaan harus memiliki perencanaan dan pengembangan karir yang efektif maka  ada beberapa hal yang yang harus dilakukan karyawan yakni:
  1. Selalu melakukan evaluasi diri khususnya yang menyangkut  faktor-faktor intrinsik personal  yang memengaruhi kinerja. Dengan evaluasi, karyawan akan mampu mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya khususnya tentang kematangan emosinya.
  2. Kalau sudah diketahui bahwa kematangan emosi masih rendah maka yang dapat dilakukan adalah memahami sisi kelemahan ketidakmatangan emosi, memahami faktor-faktor penyebab timbulnya emosi berlebihan, dan mencari upaya untuk memerkuat kematangan emosi. Kalau perlu konsultasi kepada konselor atau psikolog.
  3. Melakukan hubungan sosial secara bersahabat dan intensif baik pada jalur horizontal maupun vertikal. Semakin tinggi intensitas hubungan semakin banyak unsur kehidupan sosial yang bisa dipelajari. Intinya ada pembelajaran sosial khususnya dalam mengendalikan emosi yang berguna untuk membangun simpati dan empati serta memerkecil konflik.
  4. Mengikuti pelatihan dan banyak membaca buku-buku praktis tentang kepribadian, pengelolaan diri, dan pengembangan kematangan emosi. Tujuannya adalah disamping meningkatnya kadar kognitif dan kecerdasan sosial juga semakin matangnya emosi/kepribadian karyawan.
  5. Membuat rencana umum  pengembangan karir individu untuk selama siklus kehidupan sebagai pekerja. Semacam road map pengembangan karir. Isi rencana spesifik paling tidak meliputi apa saja output karir yang diharapkan dalam kurun waktu tertentu serta apa saja langkah-langkahnya. Dengan demikian rencana tersebut sekaligus dapat dijadikan sebagai rujukan dan pedoman dalam merumuskan langkah-langkah operasional.
Karir tidak semata-mata diposisikan sebagai hak individu karyawan. Tetapi juga sebagai “kewajiban” diri sendiri dalam membangun kepercayaan dari pihak manajemen. Karena itu setiap karyawan seharusnya menyiapkan potensi dirinya antara lain dalam hal kematangan emosi. Kematangan atau kedewasaan yang dicerminkan oleh percaya diri, sabar, tanggung jawab, menerima dirinya, mau memahami orang lain (tidak egoistis/sentris),  dan bahkan punya rasa humor. Tentunya berikut langkah-langkah operasional pencapaian cita-citanya. Semua itu disusun dalam suatu rencana sistematis sebagai unsur motivasi untuk meraih karir tertentu. Dengan kata lain tiap individu tidak statis dalam mengembangkan karirnya. Plus tidak mudah patah arang ketika sempat mengalami kegagalan pencapaian karir tertentu. Selamat berkarir.

14 komentar:

Lusiiana mengatakan...

LUSIANA_OM 1 J
tapi keterlambatan karir seseoarang tidak hanya karena individu yang bersangkutan miss, tapi nisa saja dari perusahaan tersebut, misalnya karyawan itu memiliki kecerdasan dan keterampilan yang bagus,,namun perusahaan tersebut dominan sukuisme, pasti seseorang tadi bisa saja diimpit jabatannya oleh orang terdekat dari atasan walaupun seseorang tsb ketrampilannya pas-pasan,,,bagaimana dengan masalah tsb miss???

Lusiiana mengatakan...

SEPTI WIRDANI JULITA OM 1 J

banyak karyawan yang memiliki kematangan emosi yang baik, namun kecerdasan dan keterampilan pas-pasan, tapi karyawan tersebut bisa mencapai karir yang lebih tinggi, bagaimana dengan sebuah perusahaan yang membutuhkan karyawan yang memiliki kecerdasan keterampilan dan kematangan emosi yang baik juga miss??? tentu ke3 nya harus seimbang dan dimiliki oleh seorang karyawan

Kiky Joesyiana mengatakan...

Lusiana : itu bsa saja terjadi.. tp hnya pd perusahaan2 skala nasional dan kecil.. utk perusahaan2 besar, multinasional n global, SDM yg dbtuhkan adlh yg mmg bnar2 sdah memiliki kematangan skill, pngetahuan dan cerdas.. hanya sdm spret itu yg mmpu brtahan bahkan bersaing saat ini pd perusahaan2 yg mmg sdah di akui kulitasnya di dunia... ^_^

Kiky Joesyiana mengatakan...

Septi : jk ingin memiliki karier yg baik, bagus, dan mmpu bertahan serta bersaing, ke 3 hal itu mmg saling berkaitan dan seimbang... ^_^

Lusiiana mengatakan...

Atra Jusesti: memang, kecerdasan seseorang tidak juga sebagai faktor penentu berhasilnya karir seseorang. Tapi juga dilandasi atas sikap,kestabilan emosi, pikiran yang dewasa,emosi yang matang,dan selalu berfikir positif dalam melakukan pekerjaan dan menyelesaikan permasalahan dalam kerja. Itu mampu bekerja dengan tepat dan menghasilkan kinerja yang berkualitas.

Lusiiana mengatakan...

NGATMIASIH :Karyawan yang cukup cerdas dan keterampilannya pas-pasan namun karirnya lambat dalam mencapai karirnya,itu bagaimana cara menanggapinya mis...........????

Lusiiana mengatakan...

Artikel mis kiky sangat bagus dan saya sangat setuju, tapi ada satu hal yang saya ingin tanyakan...
bagaimana kita tahu kematangan emosi seorang tersebut pas bisa dikatakan sebagai karyawan?

BY: Muhammad Maksum

Lusiiana mengatakan...

dalam faktor kecerdasan intelektual dan ketrampilan kerja sangat lah bagus dalam menujang kematanngan dalam dunia kerja,benar miss dunia kerja seseorang harus mempunyai skilL.......?

By:RINI WIDIYANTI

Lusiiana mengatakan...

Setiap karyawan berhak memiliki peluang untuk mengembangkan karirnya.....
Namun mengapa dalam karirnya ada saja karyawan yang karirnya terlambat bahkan tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan ??



BY_FENNY ANDRIANI

Lusiiana mengatakan...

BY : SUPARMI
JURUSAN : OM 1 Junior

Kematangan emose sangat berperan dalam pengembangan karir seseorang sehingga pada saat menhadapi sebuah konflik, ia telah mampu mengendalikan emosinya dalam menyelesaikan konflik tersebut.

Lusiiana mengatakan...

Nama :WIWit Febri Suadarminto
Kelas : OM 1 Junior

Saya punya pertanyaan miss
-jika ada seorang karyawan yang memiliki kemampuan ataupun kematangan emosi yang baik dan bagus dan dia dapat mengontrol emosinya jga prilakunya ,,tapi dalam hal umur dan pengalaman dapat dibilang masih cukup minim,,,trus bagaimna dengan kenaikan jabatannya.....?? padahal dia memiliki kemampuan yang bagus dapat dibbilang intelektualnya tinggi

Lusiiana mengatakan...

by : ketin Maris

karyawan yang cerdas dan terampil namun karirnya relatif lambat, mengapa hal ini bisa terjadi mis?
dan bagaimana cara mengatasi agar karyawan tersebut dapat lebih cepat dalam meniti karirnya.

Lusiiana mengatakan...

karyawan yang kurang cerdas dan kinerjanya pun pas-pasan dan karirnya pun sangat terlambat...
kenapa sebuah perusahan masih mendapatkan karyawan yang kinerja nya seperti ini?lantaran mereka telah melakukan perekrutan secara optimal..
nah,,upaya dan tindakan apa yang harus di lakukan sebuah perusahaan atau instansi dalam mengatasi masalah tersebut demi berlangsungya pengembangan karir karyawan agar lebih baik??thank u


BY_ANTON SUBRATA

Lusiiana mengatakan...

ANDRE IRFAN
OM I JUNIOR

Menurut saya kematangan emosi sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu masalah, itulah mengapa seseorang pekerja walau dia pintar dan dia trampil tapi dia masih labil dalam emosi dia, karirnya akan lambat naik.

pertanyaan : bagaimana cara kita untuk melatih kecerdasaan emosi di dalam perusahaan supaya karir kita naik ??
apa kita harus banyak-banyak cari masalah dan menylesaikan masalah supaya kita cerdas dlm emosi ??

Posting Komentar